MANAKIB
AS SAYYID MUHAMMAD ALAWI
AL MALIKI AL HASANI
Prof.Dr. As Sayyid Muhammad
Alawi Al Maliki Al Hasani; Pakar Hadits & Benteng Ahlus Sunnah Wal Jama'ah
dari Makkah Al Mukarramah
19 Agustus 2010 pukul 19:22
MENGENANG jasa baik dan
keshalihan seseorang merupakan ibadah. Orang yang tak mengenangnya bukan
dikatagorikan orang baik. Karena ia tidak bisa berbalas budi kepada orang lain.
Bagaikan kisah
diputar ulang, tepatnya Jumat 15 Ramadhan 1425 H bertepatan dengan tanggal
29 Oktober 2004 M, Makkah dan dunia Islam menangis karena tersiar berita bahwa
seorang ulama besar As Sayyid Mohammad 'Alawi Al-Maliki, wafat. Beliau
meninggal sekitar pukul 6 pagi (Waktu Mekkah) atau jam10.00 WIB di salah satu
rumah sakit di Makkah , setelah beberapa jam berjuang melawan penyakit yang
datang secara mendadak.Sebelum menghembuskan nafas terakhir masih menunaikan
shalat subuh di kediamannya.
Jasa beliau yang besar terhadap
Islam tidak bisa dilupakan. Tahun demi tahun berlalu, dan ingatan kita pasti
menyertainya terutama di bulan yang penuh rahmah ini. Kita tidak bisa lupa
kepada beliau. Ingatan kita kepada beliau sudah menjadi kebutuhan, ibarat kita
butuh makan, butuh minum, butuh menghirup udara segar, butuh tidur, butuh
istirahat, butuh senyum, butuh salam, butuh menyayangi dan disayangi.
Ketika jenazah Sayid Muhammad Al
Maliki hendak dishalatkan di Masjidil Haram, ribuan warga kota Mekkah
bergantian menggusung jenazahnya. Dikabarkan sejumlah warga asing yang muqim di
Makkah banyak yang menangis dan histeris. Sementara toko-toko di sekitar
Masjidul Haram yang dilewati jenazah mematikan lampu sebagai tanda dukacita.
Jenazah almarhum dimakamkan di
pemakaman Ma'la di Mekkah, berdekatan dengan makam Sayidatina Khadijah, istri
pertama Rasulullah SAW. Harian Arab Saudi Okaz sengaja mengetengahkan tiga
halaman suratkabarnya untuk memuat kegiatan, aktivitas, dan biografi
almarhum.Umat Islam sangat kehilangan tokoh dan ulama besar yang masih
keturunan Rasulullah dari garis keturunan Sayyidna Hasan bin Ali/ Fathimatuz
Zahra.
Biografi Singkat
Kelahiran Beliau
Al 'Allamah Al Muhaddits Al
Sayyid Prof. Dr. Muhammad ibn Sayyid 'Alawi ibn Sayyid 'Abbas ibn Sayyid 'Abdul
'Aziz al-Maliki al-Hasani al-Makki al-Asy'ari asy-Syadzili lahir di Makkah pada
tahun 1365 H. Pendidikan pertamanya adalah Madrasah Al-Falah, Makkah, dimana
ayah beliau Sayyid Alawi bin Abbas al Maliki sebagai guru agama di sekolah
tersebut yang juga merangkap sebagai pengajar di halaqah di Haram Makki yang
tempatnya sangat masyhur dekat Bab As-salam. Beliau juga belajar kepada
ulama-ulama Makkah terkemuka lainnya, seperti Sayyid Amin Kutbi, Hassan
Masshat, Muhammad Nur Sayf, Sa'id Yamani, dan lain-lain.Sayyid Muhammad
memperoleh gelar Ph.D-nya dalam Studi Hadits dengan penghargaan tertinggi dari
Jami' al-Azhar di Mesir, pada saat baru berusia dua puluh lima tahun. Beliau
kemudian melakukan perjalanan dalam rangka mengejar studi Hadits ke Afrika
Utara, Timur Tengah, Turki, Yaman, dan juga anak benua Indo-Pakistan, dan
memperoleh sertifikasi mengajar (ijazah) dan sanad dari Imam Habib Ahmad
Mashhur al Haddad, Syaikh Hasanayn Makhluf, Ghumari bersaudara dari Marokko,
Syekh Dya'uddin Qadiri di Madinah, Maulana Zakariyya Kandihlawi, dan banyak
lainnya.
Sayyid Muhammmad merupakan
pendidik Ahlus Sunnah wal Jama'ah, seorang 'alim kontemporer dalam ilmu hadits,
'alim mufassir (penafsir) Qur'an, Fiqh, doktrin ('aqidah), tasawwuf, dan
biografi Nabawi (sirah). Sayyid Muhammad al-Makki merupakan seorang 'aliim yang
mewarisi pekerjaan dakwah ayahanda, membina para santri dari berbagai daerah
dan negara di dunia Islam di Makkah al-Mukarromah. Ayahanda beliau adalah salah
satu guru dari ulama-ulama sepuh di Indonesia, seperti Hadratus Syaikh K.H.
Hasyim Asy'ari, KH. Abdullah Faqih Langitan, KH. Maimun Zubair dan lain-lain.
Ayah beliau, Sayyid Alwi bin
Abbas Almaliki (kelahiran Makkah th 1328H), seorang alim ulama terkenal dan
ternama di kota Makkah. Disamping aktif dalam berdawah baik di Masjidil Haram
atau di kota kota lainnya yang berdekatan dengan kota Makkah seperti Thoif,
Jeddah dll, Sayyid Alwi Almaliki adalah seorang alim ulama yang pertama kali
memberikan ceramah di radio Saudi setelah salat Jumat dengan judul "Hadist
al-Jumah". Begitu pula ayah beliau adalah seorang Qadhi yang selalu di
panggil masyarakat Makkah jika ada perayaan pernikahan.Selama menjalankan tugas
da'wah, Sayyid Alwi bin Abbas Almaiki selalu membawa kedua putranya Muhammad
dan Abbas. Mereka berdua selalu mendampinginya kemana saja ia pergi dan
berceramah baik di Makkah atau di luar kota Makkah. Adapun yang meneruskan
perjalanan dakwah setelah wafat beliau adalah Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki
dan Sayyid Abbas selalu berurusan dengan kemaslahatan kehidupan ayahnya.
Sebagaimana adat para Sadah dan
Asyraf ahli Makkah, Sayyid Alwi Almaliki selalu menggunakan pakaian yang
berlainan dengan ulama yang berada di sekitarnya. Beliau selalu mengenakan
jubbah, serban (imamah) dan burdah atau rida yang biasa digunakan dan dikenakan
Asyraf Makkah.
Dalam meneruskan perjuangan
ayahandanya, Sayyid Muhammad sebelumnya mendapatkan sedikit kesulitan karena
beliau merasa belum siap untuk menjadi pengganti ayahnya. Maka langkah pertama
yang diambil adalah melanjutkan studi dan ta'limnya terlebih dahulu. Beliau
berangkat ke Kairo dan Universitas al-Azhar Assyarif merupakan pilihannya.
Setelah meraih S1, S2 dan S3 dalam fak Hadith dan Ushuluddin beliau kembali ke
Makkah untuk melanjutkan perjalanan yang telah di tempuh sang ayah. Disamping
mengajar di Masjidil Haram di halaqah, beliau diangkat sebagai dosen di
Universitas King Abdul Aziz- Jeddah dan Univesitas Ummul Qura Makkah bagian
ilmu Hadith dan Usuluddin. Cukup lama beliau menjalankan tugasnya sebagai dosen
di dua Universitas tsb, sampai beliau memutuskan mengundurkan diri dan memilih
mengajar di Masjidil Haram sambil membuka majlis ta'lim dan pondok di rumah
beliau. Adapun pelajaran yang di berikan baik di masjidil haram atau di rumah
tidak bertumpu pada ilmu tertentu seperti di Universitas, akan tetapi semua
pelajaran yang diberikannya bisa di terima semua masyarakat baik masyarakat
awam atau terpelajar, semua bisa menerima dan mencicipi apa yang diberikan
Sayyid Muhammad
Maka dari itu beliau selalu
menitik beratkan untuk membuat rumah yang lebih besar dan bisa menampung lebih
dari 500 murid per hari yang biasa dilakukan selepas sholat Maghrib sampai Isya
di rumahnya di Hay al Rashifah. Begitu pula setiap bulan Ramadan dan hari raya,
beliau selalu menerima semua tamu dan muridnya dengan tangan terbuka tanpa
memilih golongan atau derajat. Semua di sisinya sama tamu-tamu dan murid murid,
semua mendapat penghargaan yang sama dan semua mencicipi ilmu bersama. Dari
rumah beliau telah keluar ulama-ulama yang membawa panji Rasulallah ke suluruh
pelosok permukaan bumi. Di Indonesia, India, Pakistan, Afrika, Eropa, Amerika, apa
lagi di Asia yang merupakan sebagai orbit dakwah Sayyid Muhammad al Maliki,
ribuan murid murid beliau yang bukan hanya menjadi kyai dan ulama akan tetapi
tidak sedikit yang masuk ke dalam pemerintahan.
Di samping pengajian dan taklim
yang rutin di lakukan setiap hari, beliau juga mengasuh pondok yang jumlah
santrinya tidak sedikit, semua berdatangan dari penjuru dunia, belajar, makan,
dan minum tanpa di pungut biaya sepeser pun bahkan beliau memberikan beasiswa
kepada para santri sebagai uang saku. Setelah beberapa tahun belajar, para
santri dipulangkan ke negara-negara mereka untuk menyiarkan agama. Sayyid
Muhammad al Maliki dikenal sebagai guru, pengajar dan pendidik yang tidak
beraliran keras, tidak berlebih- lebihan, dan selalu menerima hiwar dengan hikmah
dan mauidhah hasanah.
Beliau ingin mengangkat derajat
dan martabat Muslimin menjadi manusia yang berperilaku, baik dalam muamalatnya
kepada Allah dan kepada sesama, terhormat dalam perbuatan, tindakan serta
pikiran dan perasaannya. Beliau adalah orang cerdas dan terpelajar, berani dan
jujur serta adil dan cinta kasih terhadap sesama. Itulah ajaran utama Sayyid
Muhammad bin Alawi Al Maliki. Beliau selalu menerima dan menghargai pendapat
orang dan menghormati orang yang tidak sealiran dengannya. Semua yang
berlawanan diterima dengan sabar dan usaha menjawab dengan hikmah dan
memecahkan sesuatu masalah dengan kenyataan dan dalil-dalil yang benar bukan
dengan emosi dan pertikaian yang tidak bermutu dan berkesudahan.
Sayyid Muhammad tahu persis
bahwa kelemahan Islam terdapat pada pertikaian para ulamanya dan ini memang
yang di inginkan musuh Islam. Sampai-sampai beliau menerima dengan rela digeser
dari kedudukannya baik di Universitas dan ta'lim beliau di masjidil Haram.
Semua ini beliau terima dengan kesabaran dan keikhlasan bahkan beliau selalu
menghormati orang orang yang tidak sependapat dan sealiran dengannya, semasih
mereka memiliki pandangan khilaf yang bersumber dari al-Qur'an dan Sunah.
Adapun ulama yang telah mendapat gemblengan dari Sayyid Muhammad bin Alawi Al
Maliki, mereka sangat pandai, di samping menguasai bahasa Arab, mereka juga
menguasai ilmu-ilmu agama yang cukup untuk dijadikan pegangan dan referensi di
negara-negara mereka.
Pada akhir hayat beliau saat
terjadi insiden teroris di Saudi Arabia, beliau mendapatkan undangan dari ketua
umum Masjidil Haram Syekh sholeh bin Abdurahman Alhushen untuk mengikuti
"Hiwar Fikri" di Makkah yang diadakan pada tg 5 sd 9 DhulQo'idah 1424
H dengan judul "Al-qhuluw wal I'tidal Ruya Manhajiyyah Syamilah", di
sana beliau mendapat kehormatan untuk mengeluarkan pendapatnya tentang
thatarruf atau yang lebih poluler disebut ajaran yang beraliran fundamentalists
atau extremist (keras). Dan dari sana beliau telah meluncurkan sebuah buku yang
sangat popular dikalangan masyarakat Saudi yang berjudul "Alqhuluw Dairah
Fil Irhab Wa Ifsad Almujtama". Dari situ, mulailah pandangan dan pemikiran
beliau tentang da'wah selalu mendapat sambutan dan penghargaan masyarakat luas.
Pada tg 11/11/1424 H, beliau mendapat kesempatan untuk memberikan ceramah di
hadapan wakil raja Amir Abdullah bin Abdul Aziz yang isinya beliau selalu
menggaris-bawahi akan usaha menyatukan suara ulama dan menjalin persatuan dan
kesatuan da'wah.
Di samping tugas beliau sebagai
da'i, pengajar, pembibing, dosen, penceramah dan segala bentuk kegiatan yang
bermanfaat bagi agama, beliau juga seorang pujangga besar dan penulis unggul.
Tidak kurang dari 100 buku yang telah dikarangnya, semuanya beredar di seluruh
dunia. Tidak sedikit dari kitab-kitab beliau yang beredar telah diterjemahkan
kedalam bahasa Inggris, Prancis, Urdu, Indonesia dll. Mafahim Yujibu
an-Tusahhah (Konsep-konsep yang perlu diluruskan) adalah salah satu kitab karya
Sayyid Muhammad, red.) bersinar layaknya suatu kemilau mutiara.
Inilah seorang manusia yang
menantang rekan-rekan senegaranya, kaum Salafi-Wahhabi, dan membuktikan
kesalahan doktrin-doktrin mereka dengan menggunakan sumber-sumber dalil mereka.
Untuk keberanian intelektualnya ini, Sayyid Muhammad dikucilkan oleh 'rumah
Najd' dan dituduh sebagai "seorang yang sesat". Beliau pun dicekal
dari kedudukannya sebagai pengajar di Haram (yaitu di Masjidil Haram, Makkah,
red.). Kitab-kitab karya beliau dilarang, bahkan kedudukan beliau sebagai
professor di Umm ul-Qura pun dicabut. Beliau ditangkap dan passport-nya
ditahan. Namun, dalam menghadapi semua hal tersebut, Sayyid Muhammad sama
sekali tidak menunjukkan kepahitan dan keluh kesah. Beliau tak pernah
menggunakan akal dan intelektualitasnya dalam amarah, melainkan menyalurkannya
untuk memperkuat orang lain dengan ilmu (pengetahuan) dan tasawwuf. Saat kaum
Salafi-Wahhabi mendiskreditkan beliau, beliau pun menulis lebih banyak buku dan
mendirikan Zawiyyah beliau sendiri yang menjadi "United Nations"
(Perserikatan Bangsa- Bangsa) dari para 'Ulama.
Akhirnya, protes dari dunia
Muslim memaksa kaum Salafi-Wahhabi untuk menghentikan usaha mereka mem-peti
es-kan sang 'alim kontemporer' yang paling terkenal dalam mazhab Maliki ini.
Beberapa di antara mereka bahkan mulai mendukung beliau. Kedengkian mereka
sebenarnya didorong oleh fakta bahwa Sayyid Muhammad al-Maliki jauh lebih
unggul untuk dijadikan tandingan mereka. Dengan sendirian saja, beliau
mengambil Islam Sunni dari klaim tangan-tangan Neo-Khawarij Salafi-Wahhabi dan
menempatkannya kembali ke tangan mayoritas ummat ini. Melalui berbagai
karya-karyanya yang menonjol, beliau menyuntikkan kepercayaan diri yang amat
dibutuhkan dalam perdebatan saat kaum jahil yang mengandalkan ijtihad pribadi
mulai meracuni pemikiran umat Islam.
Beliau Wafat
Jumat 15 Ramadhan, Makkah dan
dunia Islam menangis. Setelah azan subuh dikumandangkan dan sholat subuh
didirikan di Masjidil Haram- Makkah, tersiarlah berita bahwa Sayyid Mohammad
bin Alwi Almaliki, wafat. Beliau meninggal sekitar pukul 6 pagi di salah satu
rumah sakit di Makkah, setelah beberapa jam saja berjuang melawan penyakit yang
datang secara mendadak. Berita itu membuat cukup kabut keluarga,
murid-muridnya, dan masyarakat Makkah yang tengah menunggu kepulihan kembali
kesehatan beliau. Tapi sebaliknya berita yang didengar adalah wafatnya beliau.
Ini benar-benar yang membuat mereka menjadi kalang kabut.
Begitu mendengar berita duka
dari mulut ke mulut, ribuan masyarakat pencinta beliau panik. Mereka
kalang-kabut dan berbondong-bondong menyerbu rumah kediaman beliau untuk
menyaksikan kebenaran wafatnya beliau yang secara mendadak. Karena mereka
hampir tidak percaya dengan berita itu. Suasana pun tambah panik lagi pagi itu
setelah jasad Almarhum dibawa dari rumah sakit ke rumah beliau.
Ribuan orang berduyun-duyun ke
rumah beliau ingin menyaksikan jenazah Almarhum secara langsung. Kepanikan
warga Makkah itu membuat macet lalu-lintas. Jalan menuju kampung al Rashifah,
rumah kediaman beliau, dipadati kendaraan dan manusia.
Beberapa jam sebelum kepulangan
beliau ke rahmatullah, tidak sedikit masyarakat dan santri datang seperti biasa
ke rumahnya di kampung Rashifah Makkah untuk mendengarkan wejangan dan ceramah
Ramadhan yang biasa di berikan setiap hari usai sholat tarawih. Mereka semua
mendunggu ceramah dan nafahat ramadhaniyah khususnya ceramah tentang perang
Badar yang dijanjikan beliau akan diutarakannya pada pertengahan bulan yang
suci Ramadhan.
Akan tetapi Allah telah
merencanakan kematian beliau di hari itu yang tidak bisa ditolak oleh siapapun.
Pada saat itu Sayyid Mohammad bin Alwi al Maliki mendapatkan serangan jantung
secara mendadak dan segera dibawa kerumah sakit. Hanya beberapa jam saja beliau
tinggal di rumah sakit dan dengan kesedihan yang dalam diberitakan beliau telah
menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Beliau wafat hari Jumat 15
Ramadhan 1425 H bertepatan dengan tanggal 29 Oktober 2004 dan dimakamkan di
pemakaman Al-Ma'la disamping makam istri Rasulallah Saw. Khadijah binti
Khuailid Ra. dengan meninggalkan 6 putra, Ahmad, Abdullah, Alawi, Ali, al-
Hasan dan al-Husen dan beberapa putri-putri yang tidak bisa disebut satu
persatu disini.
Dan yang menyaksikan pemakaman
beliau hampir seluruh umat muslimin yang berada di Makkah pada saat itu
termasuk para pejabat, ulama, para santri yang datang dari seluruh pelosok
negeri, baik dari luar Makkah atau dari luar negeri. Semuanya menyaksikan hari
terakhir beliau sebelum disemayamkan, setelah disholatkan di Masjidil Haram
ba'da sholat isya yang dihadiri oleh tidak kurang dari sejuta manusia. Begitu
pula selama tiga hari tiga malam rumahnya terbuka bagi ribuan orang yang ingin
mengucapkan belasungkawa dan melakukan 'aza'. Dan di hari terakhir 'Aza, wakil
Raja Saudi, Amir Abdullah bin Abdul Aziz dan Amir Sultan datang ke rumah beliau
untuk memberikan sambutan belasungkawa dan mengucapkan selamat tinggal kepada
pemimpin agama yang tidak bisa dilupakan umat. Ketika jenazah Sayyid Muhammad
Al Maliki hendak dishalatkan di Masjidil Haram, ribuan warga kota Mekkah
bergantian menggusung jenazahnya. Dikabarkan toko-toko di sekitar Masjidil
Haram yang dilewati jenazah mematikan lampu sebagai tanda dukacita. Kebesaran
keluarga Al Maliki, bukan hanya di Indonesia, tapi juga di negara-negara
Afrika, Mesir, dan Asia Tenggara. Jadi tidak heran dengan meninggalnya Sayyid
Muhammad Al Maliki umat Islam telah kehilangan satu ulama yang telah
mengoreskan tinta sejarah perjuangan menegakkan kalimat tauhid di muka bumi ini
yang menjadi tauladan buat kita semua.
Selamat tinggal ayah yang
berhati baik. Selamat tinggal sosok tubuh yang pernah menanamkan hikmah, ilmu,
teladan dihati hati kami. Selamat tinggal pemimpin umat yang tak bisa kami
lupakan dalam pendiriannya dan keikhlasannya. Selamat tinggal pahlawan yang
jujur, ikhlas dalam amal dan perbuatanya. Selamat jalan... selamat jalan,..
kebaikan dan kemulyaan kamu telah meliputimu semasa hidupmu dan disaat wafatmu.
Kamu telah hidupi hari hari mu didunia dengan mulia, dan sekarang kamu telah
terima imbalannya disaat wafatmu pula dengan mulia. Jika sekarang kita telah
berpisah untuk sementara, maka kami pasti akan menyusulmu Insya Allah dan kita
pasti akan bertemu dan berkumpul kembali.
Murid Beliau di Indonesia
Sayid Muhammad Al Maliki
mendirikan tidak kurang 30 buah pesantren dan sekolah di Asia Tenggara.
Karangannya mencapai puluhan kitab mengenai usuluddin, syariah, fikih dan
sejarah Nabi Muhammad. Ia mendapat gelar profesor dari Universitas Al-Azhar
pada tanggal 6 Mei 2000. Ratusan murid yang menampa pendidikan di pesantrennya,
biaya makan dan pemondokan ditanggungnya, alias gratis.
Menurut Habib Abdurahman A
Basurrah, wakil sekjen Rabithah Alawiyah yang lama mukim di Arab Saudi, di
Indonesia di antara murid-murid Al-Maliki banyak yang menjadi ulama terkenal
dan pendiri dari berbagai pesantren. Murid-muridnya itu antara lain Habib
Abdulkadir Alhadad, pengurus Al-Hawi di Condet, Jakarta Timur; Habib Hud Baqir
Alatas pimpinan majelis taklim As-Shalafiah; Habib Saleh bin Muhammad Alhabsji;
Habib Naqib Bin Syechbubakar yang memimpin majelis taklim di Bekasi; Novel
Abdullah Alkaff
yang membuka pesantren di
Parangkuda, Sukabumi.
Di antara ulama Betawi lainnya
yang pernah menimba ilmu di Makkah adalah KH Abdurahman Nawi, yang kini
memiliki tiga buah madrasah/pesantren masing-masing di Tebet, Jakarta Timur,
dan dua di Depok. Masih belasan pesantren dan madrasah di Indonesia yang
pendirinya adalah alumni dari Al-Maliki. Seperti KH Ihya Ulumuddin yang
memiliki pesantren di Batu, Malang. Demikian pula Pesantren Riyadul Solihin di
Ketapang (Probolinggo), dan Pondok Pesantren Genggong, juga di Probolinggo.
Dan masih banyak lagi
murid-murid beliau dari Indonesia yang tidak mungkin disebutkan namanya satu
persatu.
Karya-karya Beliau:
a. Aqidah
Mafahim Yajib 'an Tusahhah (read
online)
Manhaj al-Salaf fi Fahm al-Nusus
Al-Tahzir min al-Takfir
Huwa Allah
Qul Hazihi Sabeeli
Sharh 'Aqidat al-'Awam
b. Tafsir
Zubdat al-Itqan fi 'Ulum
al-Qur'an
Wa Huwa bi al-Ufuq al-'A'la
Al-Qawa'id al-Asasiyyah fi 'Ulum
al-Quran
Hawl Khasa'is al-Quran
c. Hadits
Al-Manhal al-Latif fi Usul
al-Hadith al-Sharif
Al-Qawa'id al-Asasiyyah fi 'Ilm
Mustalah al-Hadith
Fadl al-Muwatta wa Inayat
al-Ummah al-Islamiyyah bihi
Anwar al-Masalik fi al-Muqaranah
bayn Riwayat al-Muwatta lil-Imam Malik
d. Sirah
Muhammad(Sall Allahu 'Alayhi Wa
Sallam) al-Insan al-Kamil
Tarikh al-Hawadith wa al-Ahwal
al-Nabawiyyah
'Urf al-T 'arif bi al-Mawlid
al-Sharif
Al-Anwar al-Bahiyyah fi Isra wa
M'iraj Khayr al-Bariyyah
Al-Zakha'ir al-Muhammadiyyah
Zikriyat wa Munasabat
Al-Bushra fi Manaqib al-Sayyidah
Khadijah al-Kubra
e. Ushul
Al-Qawa'id al-Asasiyyah fi Usul
al-Fiqh
Sharh Manzumat al-Waraqat fi
Usul al-Fiqh
Mafhum al-Tatawwur wa al-Tajdid
fi al-Shari'ah al-Islamiyyah
f. Fiqh
Al-Risalah al-Islamiyyah
Kamaluha wa Khuluduha wa 'Alamiyyatuha
Labbayk Allahumma Labbayk
Al-Ziyarah al-Nabawiyyah bayn
al-Shar'iyyah wa al-Bid'iyyah
Shifa' al-Fu'ad bi Ziyarat Khayr
al-'Ibad
Hawl al-Ihtifal bi Zikra al-Mawlid
al-Nabawi al-Sharif
Al-Madh al-Nabawi bayn
al-Ghuluww wa al-Ijhaf
g. Tasawwuf
Shawariq al-Anwar min Ad'iyat
al-Sadah al-Akhyar
Abwab al-Faraj
Al-Mukhtar min Kalam al-Akhyar
Al-Husun al-Mani'ah
Mukhtasar Shawariq al-Anwar
h. Lain-lain
Fi Rihab al-Bayt al-Haram
(Sejarah Kota Mekah)
Al-Mustashriqun Bayn al-Insaf wa
al-'Asabiyyah (Study of Orientalism)
Nazrat al-Islam ila al-Riyadah
(Sports in Islam)
Al-Qudwah al-Hasanah fi Manhaj
al-Da'wah ila Allah (Methods of Dawah)
Ma La 'Aynun Ra'at (Description
of Paradise)
Nizam al-Usrah fi al-Islam
(Islam and Family)
Al-Muslimun Bayn al-Waqi' wa
al-Tajribah (Contemporary Muslim world)
Kashf al-Ghumma (Virtues of
helping fellow Muslims)
Al-Dawah al-Islahiyyah (Call for
Reform)
Fi Sabil al-Huda wa al-Rashad
(Collection of speeches)
Sharaf al-Ummah al-Islamiyyah
(Superiority of the Muslim Ummah)
Usul al-Tarbiyah al-Nabawiyyah
(Prophetic methods of education)
Nur al-Nibras fi Asanid al-Jadd
al-Sayyid Abbas (Set of Grandfather's Ijazahs)
Al-'Uqud al-Lu'luiyyah fi
al-Asanid al-Alawiyyah (Set of father's Ijazahs)
Al-Tali' al-Sa'id al-Muntakhab
min al-Musalsalat wa al-Asanid (Set of Ijazahs)
Al-'Iqd al-Farid al-Mukhtasar
min al-Athbah wa al-Asanid (Set of Ijazahs)
D atas merupakan daftar karya
beliau yang telah dipublikasikan. Masih banyak lagi karya-karya beliau yang
belum dicetak/dipublikasikan. Diantaranya telah diterjemahkan ke berbagai
bahasa asing.
Al Allamah Al Muhaddits As Sayid
Prof. Dr. Muhammad bin Alawi Al Maliki Al Hasani (Ulama Ahlus Sunnah Wal
Jama'ah dan Pakar Hadits Abad 20-21 dari Makkah Al Mukarramah) dan Al Habib
Umar bin Hafizh dari Yaman