Selasa, 19 April 2016

“Sejarah Singkat Imam An-Nawawi 

Ad-Dimasyqiy”


Dia adalah neurotic bin Yahya bin Hasan bin Husain an-Nawawi ad-Dimasyqiy, Abu Zakariya. Dia lahir di bulan muharam tahun 631 h di tidak, wilayah dimasyq (Damaskus) yang sekarang ibukota Suriah. Dia dididik oleh ayahnya yang dikenal karena ketakwaannya dan ketakwaan. Dia mulai belajar di katatib (baca tulis tempat belajar bagi anak-anak) dan simbol Al Qur ' an sebelum melangkah pada usia dewasa.
Ketika berumur sepuluh tahun, Syaikh Yasin bin Yusuf Az-Zarkasyi melihatnya dipaksa bermain oleh teman-teman sebayanya, namun ia menghindar, menolak dan menangis karena paksaan tersebut. Syaikh ini berkata bahwa anak ini diharapkan akan menjadi orang paling pintar dan paling zuhud pada masanya dan bisa memberikan manfaat yang besar kepada umat Islam. Perhatian ayah dan guru beliaupun menjadi semakin besar.
An-Nawawi tinggal di Nawa hingga berusia 18 tahun. Kemudian pada tahun 649 H ia memulai rihlah thalabul ilminya ke Dimasyq dengan menghadiri halaqah–halaqah ilmiah yang diadakan oleh para ulama kota tersebut. Ia tinggal di madrasah Ar-rawahiyyah didekat Al-Jami’ Al-Umawiy. Jadilah thalabul ilmi sebagai kesibukannya yang utama. Disebutkan bahwa ia menghadiri dua belas halaqah dalam sehari. Ia rajin sekali dan menghafal banyak hal. Iapun mengungguli teman-temannya yang lain. Ia berkata : “Dan aku menulis segala yang berhubungan dengannya,baik penjelasan kalimat yang sulit maupun pemberian harakat pada kata-kata. Dan Allah telah memberikan barakah dalam waktuku.” [Syadzaratudz Dzahab 5/355].
Antara Syaikh: Abul Baqa ' an-nablusiy, Abdul Aziz bin Muhammad Al-Ausiy, Abu Ishaq Al-muradiy, Abul Faraj bin Qudamah Al-Maqdisiy, Ishaq bin Ahmad Al-maghribiy dan Ibnul Firkah. Dan di antara murid-muridnya: ' Aththar Ibnul Al-Syafi ' i, Abu Al-Hajjaj Al-mizziy, ibnun naqib al-Syafi ' i ' Abul Abbas Al-isybiliy dan Ibnu Abdil Hadi.
Pada tahun 651 h ia menggenapi bapaknya haji dengan menyembah, kemudian dia pergi ke Madinah dan tinggal di sana selama satu bulan setengah kemudian kembali ke dimasyq. Pada tahun 665 h dia mengajarkan di Darul Hadits Al-Asyrafiyyah (dimasyq) dan menolak untuk mengambil gaji.
Beliau digelari Muhyiddin ( yang menghidupkan agama ) dan membenci gelar ini karena tawadhu’ beliau. Disamping itu, agama islam adalah agama yang hidup dan kokoh, tidak memerlukan orang yang menghidupkannya sehingga menjadi hujjah atas orang-orang yang meremehkannya atau meninggalkannya. Diriwayatkan bahwa beliau berkata :”Aku tidak akan memaafkan orang yang menggelariku Muhyiddin”.
Imam an-Nawawi adalah seorang zuhud, wara ' dan bertakwa. Dia sederhana, qana ' ah dan sangat mulia. Ia menggunakan banyak waktu dalam perintah-nya. Jangan sering tidur malam dengan shalat atau menulis. Dia juga menegakkan amar ma ' ruf nahi munkar dan Nakir, termasuk ke pihak berwajib, dengan jalan Islam. Ia menulis surat yang berisi saran untuk pemerintah dengan bahasa yang sangat halus. Satu ketika ia dipanggil oleh raja azh-zhahir bebris untuk menandatangani sebuah fatwa. Dia datang dengan kurus dan pakaian jadi sederhana. King meremehkan dia dan berkata: " ini fatwa tandatanganilah!!" Baca dan dia menolak untuk menandatangani tanda tangan. Raja punya marah dan berkata: " mengapa!?" Dia berkata, "karena berisi kedhaliman". Raja menjadi marah dan berkata: "dia dipecat dari pekerjaan-nya". Pembantu itu berkata, " dia tidak punya teman sama sekali. Raja ingin membunuhnya tapi allah campur tangan. Raja berkata: " mengapa tidak kamu membunuhnya setelah semua ini, maka, untuk pak?" Raja berkata: "Demi Allah, sesungguhnya aku sangat takut untuk dia".
Imam Nawawi Ad-Dimasyqiy meninggalkan banyak sekali karya ilmiah yang terkenal. Jumlahnya sekitar empat puluh kitab, diantaranya:
Dalam bidang hadits : Arba’in, Riyadhush Shalihin, Al- Minhaj (Syarah Shahih Muslim), At-Taqrib wat Taysir fi Ma’rifat Sunan Al-Basyirin Nadzir. 
Dalam bidang fiqih: Minhajuth Thalibin, Raudhatuth Thalibin, Al-Majmu’. 
Dalam bidang bahasa: Tahdzibul Asma’ wal Lughat. 
Dalam bidang akhlak: At-Tibyan fi Adab Hamalatil Qur’an, Bustanul Arifin, Al-Adzkar. 
Buku ini dikenal luas, termasuk masyarakat dan memberikan manfaat yang besar untuk masyarakat. Itu semua karena saya yang lain allah ta ' ala, maka nikmat dan keseriusan dalam berperang.
Pada umumnya, termasuk dan berpegang kepada manhaj salafi ahlul hadits, tidak dalam filsafat dan mencoba meneladani generasi awal dan menulis sebuah komunitas hebatnya untuk ahlul bid ' ah yang menyelisihi mereka. Tapi dia tidak ma ' shum (terlepas dari kesalahan) dan jatuh banyak kesalahan terjadi untuk uluma-ulama di usia-nya itu adalah kesalahan dari allah subhanah. Dia kadang-kadang menta ' wil dan kadang-kadang tafwidh. Orang yang membayar perhatian pada dia akan mendapatkan bahwa dia tidak ada di dalam bab ini muhaqiq, tidak seperti di lain cabang ilmu pengetahuan. Pada Bab ini, dia banyak basing pendapat-nya pada nukilan-nukilan dari ulama tanpa mengomentarinya.
Adapun memvonis Imam Nawawi sebagai Asy’ari, itu tidak benar karena beliau banyak menyelisihi mereka (orang-orang Asy’ari) dalam masalah-masalah aqidah yang lain seperti ziyadatul iman dan khalqu af’alil ‘ibad. Karya-karya beliau tetap dianjurkan untuk dibaca dan dipelajari, dengan berhati-hati terhadap kesalahan-kesalahan yang ada. Tidak boleh bersikap seperti kaum Haddadiyyun yang membakar kitab-kitab karya beliau karena adanya beberapa kesalahan didalamnya. 
Komite Tetap untuk Riset Ilmiah dan Fatwa kerajaan Saudi ditanya tentang aqidah beliau dan menjawab: ”Lahu aghlaath fish shifat” (Beliau memiliki beberapa kesalahan dalam bab sifat-sifat Allah).
Imam Nawawi meninggal pada 24 Rajab 676 H –rahimahullah wa ghafarahu-. 
Catatan: Lihat biografi beliau di Tadzkiratul Huffazh 147, Thabaqat Asy-Syafi’iyyah Al-Kubra, Syadzaratudz Dzahab 5/354

Tidak ada komentar:

Posting Komentar